SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA SAYA.

Indahnya Berbagi Ilmu

Rabu, 21 Maret 2012

VIRUS PENGGANGGU KEHAMILAN

LEPTOSPIRA I. Defenisi Leptospirosis adalah
penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri
Leptospira berbentuk spiral
yang menyerang hewan
dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama
lebih kurang 1 bulan. Tetapi
dalam air laut, selokan dan
air kemih yang tidak
diencerkan akan cepat mati. II. Sumber Penularan Hewan yang menjadi
sumber penularan adalah
tikus (rodent), babi,
kambing, domba, kuda,
anjing, kucing, serangga,
burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan
penularan langsung dari
manusia ke manusia jarang
terjadi. III. Cara Penularan Manusia terinfeksi
leptospira melalui kontak
dengan air, tanah atau
tanaman yang telah
dikotori oleh air seni hewan
yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk
ke dalam tubuh manusia
melalui selaput lendir
(mukosa) mata, hidung,
kulit yang lecet atau atau
makanan yang terkontaminasi oleh urine
hewan terinfeksi leptospira.
Masa inkubasi selama 4 - 19
hari. IV. Gejala Klinis Stadium Pertama
? Demam menggigil
? Sakit kepala
? Malaise
? Muntah
? Konjungtivitis ? Rasa nyeri otot betis dan
punggung
? Gejala-gejala diatas akan
tampak antara 4-9 hari Gejala yang Kharakteristik
? Konjungtivitis tanpa
disertai eksudat serous/
porulen (kemerahan pada
mata)
? Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua
? Terbentuk anti bodi di
dalam tubuh penderita
? Gejala yang timbul lebih
bervariasi dibandingkan
dengan stadium pertama ? Apabila demam dengan
gejala-gejala lain timbul
kemungkinan akan terjadi
meningitis.
? Stadium ini terjadi
biasanya antara minggu kedua dan keempat. Komplikasi Leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang
terjadi pada hari ke 4 dan ke
6
Pada ginjal : gagal ginjal
yang dapat menyebabkan kematian.
Pada jantung : berdebar
tidak teratur, jantung
membengkak dan gagal
jantung yang dapat
mengikabatkan kematian mendadak.
Pada paru-paru : batuk
darah, nyeri dada, sesak
nafas.
Perdarahan karena adanya
kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,
saluran pencernaan, ginjal,
saluran genitalia, dan mata
(konjungtiva).
Pada kehamilan :
keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati. V. Pencegahan Membiasakan diri dengan
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Menyimpan makanan dan
minuman dengan baik agar
terhindar dari tikus. Mencucui tangan dengan
sabun sebelum makan.
Mencucui tangan, kaki serta
bagian tubuh lainnya
dengan sabun setelah
bekerja di sawah/ kebun/ sampah/tanah/selokan dan
tempat-tempat yang
tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang
berisiko tinggi terhadap
leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas
pemotong hewan, dan lain-
lain) dengan menggunakan
sepatu bot dan sarung
tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan tempat-
tempat air dan kolam
renang.
Menghindari adanya tikus di
dalam rumah/gedung. Menghindari pencemaran
oleh tikus.
Melakukan desinfeksi
terhadap tempat-tempat
tertentu yang tercemar oleh
tikus Meningkatkan
penangkapan tikus. VI. Pengobatan Pengobatan dini sangat
menolong karena bakteri
Leptospira mudah mati
dengan antibiotik yang
banyak di jumpai di pasar
seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline)
Streptomycine, Tetracycline,
Erithtromycine.
Bila terjadi komplikasi
angka lematian dapat
mencapai 20%. Segera berobat ke dokter
terdekat. VII. Kewaspadan oleh
Kader / Masyarakat. Bila kader / masyarakat
dengan gejala-gejala diatas
segera membawa ke
Puskesmas / UPK terdekat
untuk mendapat
pengobatan VIII. Sistem Kewaspadaan
Dini Analisa data penderita
Leptospirosis yang
dilaporkan oleh Rumah
Sakit (SARS) ke Dinas
Kesehatan Propinsi DKI
Jakarta IX. Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB
dilakukan pada daerah yang
penderita Leptospirosis
cenderung meningkat (per
jam/hari/minggu/bulan)
dengan pengambilan darah bagi penderita dengan
gejala demam, sekitar 20
rumah dari kasus indeks. LEPTOSPIROSIS Leptospirosis adalah
penyakit infeksi akut yang
dapat menyerang manusia
maupun hewan yang
disebabkan kuman
leptospira patogen dan digolongkan sebagai
zoonosis.
Gejala klinis leptospirosis
mirip dengan penyakit
infeksi lainnya seperti
influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue,
demam berdarah dengue
dan demam virus lainnya,
sehingga seringkali tidak
terdiagnosis. Keluhan-
keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam
mendadak, keadaan umum
lemah tidak berdaya, mual,
muntah, nafsu makan
menurun dan merasa mata
makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat
terutama daerah betis dan
paha. Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan
masyarakat, terutama di
daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah
hujan tinggi (kelembaban),
khususnya di negara
berkembang, dimana
kesehatan lingkungannya
kurang diperhatikan terutama. pembuangan
sampah. International
Leptospirosis Society
menyatakan Indonesia
sebagai negara insiden
leptospirosis tinggi (tabel 1) dan peringkat tiga di dunia
untuk mortalitas Siklus Penularan Leptospira Berdasarkan data Semarang
tahun 1998 ? 2000. Banjir
besar di Jakarta tahun 2002,
dari data sementara 113
pasien leptospirosis,
diantaranya 20 orang meninggal. Kemungkinan
infeksi leptospirosis cukup
besar pada musim
penghujan lebih?lebih
dengan adanya Penularan
leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang
terinfeksi kuman leptospira.
Pejamu reservoar utama
adalah roden/tikus dengan
kuman leptospira hidup di
dalam ginjal dan dikeluarkan melalui urin
saat berkemih. Manusia
merupakan hospes insidentil
yang tertular secara
langsung atau tidak
langsung (gambar 1). Penularan langsung terjadi:
Melalui darah, urin atau
cairan tubuh lain yang
mengandung kuman
leptospira masuk ke dalam
tubuh pejamu Dari hewan ke manusia
merupakan penyakit
kecelakaan kerja, terjadi
pada orang yang merawat
hewan atau menangani
organ tubuh hewan misalnya pekerja potong
hewan, atau seseorang
yang tertular dari hewan
peliharaan.
Dari manusia ke manusia
meskipun jarang, dapat terjadi melalui hubungan
seksual pada masa
konvalesen atau dari ibu
penderita leptospirosis ke
janin melalui sawar plasenta
dan air susu ibu. Penularan tidak langsung
terjadi melalui genangan air,
sungai, danau, selokan
saluran air dan lumpur yang
tercemar urin hewan seperti
tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis
dapat juga terjadi pada
musim kemarau karena
sumber air yang sama
dipakai oleh manusia dan
hewan. Faktor risiko Faktor ? faktor risiko
terinfeksi kuman leptospira,
bila kontak langsung /
terpajan air dan rawa yang
terkontaminasi yaitu:
Kegiatan yang memungkinkan kontak
dengan lingkungan
tercemar kuman
keptospira, misalnya saat
banjir, pekerjaan sebagai
tukang kebun, petani, pekerja rumah potong
hewan, pembersih selokan,
pekerja tambang, mencuci
atau mandi di sungai/
danau, dan kegiatan
rekreasi di alam bebas serta petugas laboratorium.
Peternak dan dokter
hewan. yang terpajan
karena menangani ternak,
terutama saat memerah
susu, menyentuh hewan mati, menolong hewan
melahirkan, atau kontak
dengan bahan lain seperti
plasenta , cairan amnion dan
bila kontak dengan
percikan infeksius saat hewan berkemih.
Kuman leptospira masuk ke
dalam tubuh pejamu melalui
luka iris/ luka abrasi pada
kulit, konjungtiva atau
mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus,
bronkus, alveolus dan dapat
masuk melalui inhalasi
droplet infeksius dan
minum air yang
terkontaminasi. Infeksi melalui selaput
lendir lambung, jarang
terjadi, karena ada asam
lambung yang mematikan
kuman leptospira. Tanda Penderita
Leptospirosis : Sklera Ikterik = mata
kuning.
Gejala leptospirosis
meliputi :
demam ringan atau tinggi
yang umumnya bersifat remiten
nyeri kepala
menggigil
mialgia
mual, muntah dan anoreksia
nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada
infeksi dengue, disertai
nyeri retro-orbital dan
fotopobia
nyeri otot terutama di
daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung
dan paha.
Sklera ikterik (gambar 2)
dan conjunctival suffusion
(gambar 3) atau mata
merah dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa
maupun hati.
kelainan mata berupa
uveitis dan iridosiklitis.
Manifestasi klinik
terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis
atau radang selaput otak
aseptik yang tidak spesifik
sehingga sering tidak
terdiagnosis. Gejala klinik menyerupai
penyakit-penyakit demam
akut lain, oleh karena itu
pada setiap kasus dengan
keluhan demam, harus
selalu dipikirkan leptospirosis sebagai salah
satu diagnosis bandingnya,
terutama di daerah
endemik.
Leptospirosis ringan atau
anikterik merupakan penyebab utama fever of
unknown origin di
beberapa negara Asia
seperti Thailand dan
Malaysia. Mortalitas pada
leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun
pernah dilaporkan kasus
leptospirosis yang
meninggal akibat
perdarahan masif paru
dalam suatu wabah di Cina. Tes pembendungan
terkadang positif, sehingga
pasien leptospirosis
anikterik pada awalnya di
diagnosis sebagai pasien
dengan infeksi dengue. Pada leptospirosis ikterik,
pasien terus menerus dalam
keadaan demam disertai
sklera ikterik, pada keadaan
berat terjadi gagal ginjal
akut, ikterik dan manifestasi perdarahan
yang merupakan gambaran
klinik khas penyakit Weil.
Pemeriksaan laboratorium
klinik rutin tidak spesifik
untuk leptospirosis, dan hanya menunjukkan
beratnya komplikasi yang
telah terjadi. PEDOMAN TATALAKSANA
KASUS DAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
LEPTOSPIROSIS DI RUMAH
SAKIT Leptospirosis adalah
penyakit infeksi yang
disebabkan kuman
leptospira patogen. Zoonosis
ini merupakan salah salah
satu dari the emerging infectious diseases. dan
menjadi masalah kesehatan
masyarakat, terutama di
daerah beriklim tropis dan
subtropis, dengan curah
hujan tinggi seperti Indonesia.
Gejala klinis leptospirosis
yang tidak spesifik dan
sulitnya tes laboratorium
untuk konfirmasi diagnosis
mengakibatkan penyakit ini seringkali tidak
terdiagnosis.
Pejamu reservoar kuman
leptospira adalah roden dan
hewan peliharaan, dengan
manusia sebagai hospes insidentil. Penularan terjadi
secara langsung dari cairan
tubuh hewan infeksius atau
tidak langsung dari
lingkungan terkontaminasi
kuman leptospira. Penularan dari manusia ke manusia
jarang namun dapat terjadi
melalui hubungan seksual,
air susu ibu dan sawar
plasenta.
Menurut keparahan penyakit, leptospirosis
dibagi menjadi ringan dan
berat, tetapi untuk
pendekatan diagnosis klinik
dan penanganannya, dibagi
menjadi leptospirosis anikterik dan leptospirosis
ikterik.
Mayoritas kasus leptopirosis
adalah anikterik yang
terdiri dari 2 fase/stadium
yaitu fase leptospiremia/ fase septikemia dan fase
imun, yang dipisahkan oleh
periode asimtomatik.
Pada leptospirosis ikterik,
demam dapat persisten dan
fase imun menjadi tidak jelas atau nampak tumpang
tindih dengan fase
septikemia. Keberadaan fase
imun dipengaruhi oleh jenis
serovar dan jumlah kuman
leptospira yang menginfeksi, status
imunologi, status gizi pasien
dan kecepatan memperoleh
terapi yang tepat.
Manifestasi klinis berupa
demam ringan atau tinggi yang bersifat remiten,
mialgia terutama pada otot
betis, conjungtival suffusion
(mata merah), nyeri kepala,
menggigil, mual, muntah
dan anoreksia, meningitis aseptik non spesifik.
Gejala klinik leptospirosis
ikterik lebih berat, yaitu
gagal ginjal akut, ikterik
dan manifestasi perdarahan
(penyakit Weil ). Selain itu dapat terjadi Adult
Respiratory Distress
Syndromes (ARDS), koma
uremia, syok septikemia,
gagal kardiorespirasi dan
syok hemoragik sebagai penyebab kematian pasien
leptospirosis ikterik.
Faktor-faktor prognostik
yang berhubungan dengan
kematian pada pasien
leptospirosis adalah oliguria terutama oliguria renal,
hiperkalemia, hipotensi,
ronkhi basah paru, sesak
nafas, leukositosis >12.900/
mm3, kelainan
Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi,
dan adanya infiltrat pada
foto pecitraan paru. Kasus leptospirosis jarang
dilaporkan pada anak,
karena tidak terdiagnosis
atau manifestasi klinis yang
berbeda dengan orang
dewasa. Pemeriksaan laboratorium
mutlak diperlukan untuk
memastikan diagnosa
leptospirosis, terdiri dari
pemeriksaan secara
langsung untuk mendeteksi keberadaan kuman
leptospira atau antigennya
(kultur, mikroskopik,
inokulasi hewan,
immunostaining, reaksi
polimerase berantai), dan pemeriksaan secara tidak
langsung melalui
pemeriksaan antibodi
terhadap kuman leptospira
( MAT, ELISA, tes
penyaring). Baku emas pemeriksaan
serologi adalah MAT, suatu
pemeriksaan aglutinasi
secara mikroskopik untuk
mendeteksi titer antibodi
aglutinasi, dan dapat mengidentifikasi jenis
serovar.
Pemeriksaan penyaring
yang sering dilakukan di
Indonesia adalah Lepto Tek
Dri Dot dan LeptoTek Lateral Flow.
Diagnosis leptospirosis dapat
dibagi dalam 3 klasifikasi
yaitu :
Suspek, bila ada gejala
klinis, tanpa dukungan tes laboratorium.
Probable, bila gejala klinis
sesuai leptospirosis dan hasil
tes serologi penyaring yaitu
dipstick, lateral flow, atau
dri dot positif. Definitif , bila hasil
pemeriksaan laboratorium
secara langsung positip, atau
gejala klinis sesuai dengan
leptospirosis dan hasil tes
MAT / ELISA serial menunjukkan adanya
serokonversi atau
peningkatan titer 4 kali atau
lebih.
Terapi leptospirosis
mencakup aspek terapi aspek kausatif, dengan
pemberian antibiotik
Prokain Penisilin,
Amoksisilin, Ampisilin,
Doksisiklin pada minggu
pertama infekasi, maupun aspek simtomatik dan
suportif dengan pemberian
antipiretik, nutrisi, dll.
Semua kasus leptospirosis
ringan dapat sembuh
sempurna, berbeda dengan leptospirosis berat yang
mempunyai angka CFR
tinggi, antara 5 ? 40%.
Prognosis ditentukan oleh
berbagai faktor seperti
virulensi kuman leptospira, kondisi fisik pasien, umur
pasien, adanya ikterik,
adanya gagal ginjal akut,
gangguan fungsi hati berat
serta cepat lambatnya
penanganan oleh tim medik. Pencegahan penularan
kuman leptospira dapat
dilakukan melalui tiga jalur
intervensi yang meliputi
intervensi sumber infeksi,
intervensi pada jalur penularan dan intervensi
pada pejamu manusia. PENGAMATAN GERAKAN
LEPTOSPIRA DALAM URINE
DENGAN CARA SEDERHANA A. Halim Mubin* Gatot
Lawrence**
* Sub Bagian Penyakit
Infeksi/Menular,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK UNHAS; ** Bagian Patologi FK
UNHAS; PETRI
UjungPandang ABSTRAK
Pemeriksaan sederhana
dengan mikroskop biasa
dapat dideteksi adanya
Leptospira dalam urine
tanpa atau dengan pewarnaan.
Pada preparat hidup dapat
dilihat gerakan-gerakan
maju, mundur atau rotasi
mulai dari gerakan lambat
sampai yang cepat. Umumnya bentuk spiralnya
sulit tampak dengan
pembesaran 10 x 40 kali.
Leptospira yang bergerak
cepat pada akhirnya
berhenti bergerak dengan sendirinya. Sebagaian
tampak membelah diri
dengan cara terpotong
melintang, sehingga
terpisah menjadi mother
dan daughter leptospira. Hanya sebagaian kecil yang
bergerak dengan bentuk
spiral yang jelas.
Morfologi leptospira lurus
atau melengkung, bentuk
spiralnya sulit kelihatan dan begitu pula ujungnya
berupa kait (hook).
Ukurannya panjangnya
bervariasi antara pendek,
sedang dan panjang.
Beberapa tampak seperti Streptokokus.
Dengan pewarnaan Giemsa
berwarna kemerah-
merahan, dan dengan gram
merah kebiru-biruan (gram
negatif). Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk
menetapkan diagnosis
leptospira pada seseorang. ABSTRACT
Simple diagnostic method
by using light microscopy
can be used for detecting
leptospira in the urine with
or without staining. In a living specimen we can
observe the movement i.e.
forward, backward and
rotating, as well as slow
and fast. The morphology
of leptospira is spiral and difficult to be observed
under 10x40 magnification.
The fast moving leptospira
usually stop by itself. Some
of them have a segmented
body and evetually separated. Thereby a
mother and daughter
leptospira can be seen. The
morphology usually
straight, spiral with hook
ending. The size varied from short, intermediate, and
long. Some of them look
like streptococcus. With
Giemsa staining the germ
looks pink, and Gram
staining it will look blue ( Gram negative). Further
study is needed to evaluate
the characteristic and
diagnostic approach of
leptospira in human (J Med
Nus 1996; 17:72-76). Leptospira merupakan
kelompok kuman yang
dapat menyebabkan
leptospirosis, termasuk
penyakit zoonosis, yang
patogen disebut Leptospira interrogans dan yang tidak
petogen disebut Leptospira
biflexa. Disebut interrogans
karena bentuknya
menyerupai tanda tanya (?)
(interrogative : menanyai) (Sanford, 1984). Ada 3
serovar yang sering
menyebabkan infeksi pada
manusia yaitu Leptospira
ictrerohaemorrhagiae pada
tikus, Leptospira canicola pada anjing dan Leptospira
pomona pada sapi dan babi.
Yang paling sering
menyebabkan penyakit
berat (penyakit Weil)
adalah Leptospira ictreromorrhagiae.
Leptospira masuk ke tubuh
melalui makanan atau
minuman yang
terkontaminasi dengan
urine yang mengandung Leptospira. Disamping itu
dapat juga melalui kulit
yang lecet atau melalui
konyuktiva (Jacobs RA,
1995). Leptospira yang
masuk tubuh manusia adalah patogen (Leptospira
interrogans).
Untuk mengamati gerakan
Leptospira digunakan
mikroskop lapangan gelap
(darkfield microscope). Alat ini sulit disiapkan di daerah
perifer, sehingga diagnosis
sangat sulit dilacak,
walaupun secara klinis
prevalensi Leptospira
dewasa ini semakin meningkat. BAHAN DAN CARA
PENELITIAN
Bahan penelitian
Bahan pemeriksaan adalah
urine segar penderita yang
suspek penyakit Weil. Cara pemeriksaan :
A. Pemeriksaan urine
langsung Sebanyak 5 ml urine segar
dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus.
Urine dipusing dengan
kecepatan 1000-1500 rpm
selama 5-10 menit. Supernatan tabung sentifus
dibuang, sehingga endapan
tersisa bersama dengan
urine sebanyak 1-2 tetes.
Dalam prakteknya tabung
dituang saja selama 3 detik lalu kemudian tabung
diletakkan pada rak tabung
yang telah disediakan.
Dengan hati-hati satu tetes
urine tersebut disedot
dengan pipa pasteur, lalu diletakkan ke atas gelas
obyek kemudian ditutup
dengan kaca penutup yang
agak kecil (berukuran
22x22 mm). Harus dijaga
agar tetesan tidak terlalu banyak, supaya urine tidak
melimpah setelah ditutup
dengan kaca penutup.
Preparat tersebut langsung
diperiksa tanpa pewarnaan
di bawah microskope dengan pembesaran 10 x 40.
Cahaya diatur jangan
sampai terlalu terang yang
menyilaukan atau justru
cahaya terlalu gelap, karena
pada kedua keadaan tersebut leptospira tidak
akan tampak. Jadi
kekuatan cahaya yang
diatur sedemikian rupa kira-
kira sama kuatnya bila
hendak melihat sedimen urine.
Karena Leptospira bergerak,
maka untuk mengamatinya
secara cermat sewaktu-
waktu diperlukan
perubahan fokus. Leptospira yang tidak
bergerak terlalu cepat dapat
dilihat bentuknya lebih jelas
pada pembesaran 10 X 100
dengan minyak emersi. B. Pemeriksaan dengan
pewarnaan
Dilakukan seperti langkah 1
sampai 3 di atas.
Urine yang diteteskan di
atas kaca obyek dibuat preparat halus yang tipis
lalu dikeringkan.
Setelah kering difiksasi
dengan methanol
Setelah kering dengan
methanol diberi pengecetan Giemsa atau Gram. HASIL PENGAMATAN
Hasil dapat diperoleh dari
pemeriksaan tanpa
pewarnaan atau dengan
pewarnaan.
A. Pemeriksaan tanpa pewarnaan
Pada pemeriksaan
Leptospira tanpa
pewarnaan akan tampak
beberapa keadaan sebagai
berikut : Bentuk leptospira
Ukuran Leptospira tidak
sama, bervariasi antara 2? -
24?. Ada tiga ukuran
panjang yaitu:
Berukuran mini, hanya menyerupai kuman
berbentuk batang,
ukurannya 4-6? (lebar
0,1-0,2?).
Ukuran sedang 2-3 X ukuran
mini Ukuran terpanjang,
biasanya ukurannya 2 x
ukuran sedang
Sebagaian leptospira
berbentuk menyerupai
streptokokus, dimana yang berukuran mini hanya
terdiri dari 2 koki Gerakan Leptospira
Ditemukan bentuk-bentuk
batang yang bergerak maju
sesuai dengan sumbu
memanjang.
Ada yang bergerak sangat lincah, sehingga cepat
melintasi lapangan
penglihatan pada
pembesaran 10x40 apalagi
pada pembesaran 10x100.
(pada pembesaran 10x100 Leptospira sulit dilihat).
Kadang-kadang ada yang
tampak bergerak secara
rotasi bila mengambil arah
vertikal. Umumnya yang
bergerak lincah berukuran mini.
Ada yang bergerak sangat
lemah, hanya dengan
pengamatan yang teliti
dapat diamati gerakannya
terutama pada pembesaran 10x 100.
Ada yang tidak bergerak.
Kalau diamati agak lama,
maka beberapa Leptospira
yang aktif akhirnya akan
berhenti bergerak. Hanya sebagaian kecil
leptospira yang bergerak
dengan bentuk spiral yang
jelas.
Beberapa bentuk leptospira
dari urine penderita Penyakit Weil
Leptospira yang berukuran
panjang bila bergerak sekali
cukup laju dan jauh
jangkauannya. Mereka
kadang-kadang bergerak kesatu arah, tetapi bila
mengalami hambatan sering
bergerak ?mundur? tanpa
mengubah haluan, namun
kecepatan geraknya secepat
gerakan maju. Bila diamati terus, maka Leptospira
ukuran terpanjang ini
merupakan dua Leptospira
yang akan membelah secara
melintang, dimana ?
kepalanya? lebih dahulu lahir. Setelah ?aterm?
keduanya aktif untuk
memisahkan diri dengan
adanya pemisahan antara
kedua ?ekor?. Rupanya
adanya gerakan ? maju? dan ? mundur? tersebut di
atas sebagai akibat dari
gerakan individu pertama
ke depan, sementara
individu kedua tertarik saja,
dan bila ?mundur? berarti individu kedua yang maju
sedangkan individu
pertama diam dan
mengikut saja. Jadi sebelum
keduanya berpisah untuk
membentuk individu masing-masing, mereka
dapat bergerak bergantian
atau bersamaan dengan
arah yang berlawanan.
Gerakan-gerakan inilah
yang akhirnya memisahkan antara mother dan dauhter
Leptospira tersebut.
Spiralisasi gerakan
badannya tidak begitu jelas,
kadang-kadang hanya
tampak seperti bergetar saja.
B. Dengan Pewarnaan
Giemsa dan Gram
Dengan pewarnaan Giemsa
Leptospira akan tampak
sebagai batang-batang kecil yang lurus atau
melengkung berwarna
kemerah-merahan, tidak
berbentuk spiral. Dengan
pengecetan Gram berwarna
merah kebiru-biruan (Gram Negatif). Kita mesti hati-hati
dengan hyphe jamur yang
kadang-kadang juga
ditemukan. DISKUSI
Kebanyakan penulis
mengemukakan bahwa
Leptospira hanya dapat
dilihat dengan mikroskop
lapangan gelap (dark-field microscopy), fase kontrast
(phase contrast) atau
dengan cara
imunofluoresens dan tidak
dapat dilihat dengan
mikroskop biasa (light microscopy) (Alexander,
1983; McClain, 1985; Kempe,
1987). Leptospira muncul
dalam urine pada minggu
kedua penyakit dan dapat
bertahan satu bulan atau lebih (Kempe, 1987).
Tidak jelasnya bentuk spiral
dari Leptospira sewaktu
bergerak mungkin karena
spiralnya sangat halus (very
fine spiral) (Jawetz, 1982). Tetapi jika diamati beberapa
preparat akan tampak
beberapa Leptospira
bergerak dengan spiral jelas.
Dan gerakan rotasi jelas
tampak pada waktu Leptospira bergerak secara
vertikal. Gerakan maju
mundur (move forward
and backward) dalam urine
dapat ditemukan
sebagaimana dikemukan oleh Alexander (1983), bila
Leptospira berada dalam
medium cair yang lain.
Dengan pemeriksaan
lapangan redup pada
mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum
dapat dilihat. Hal mana akan
terlihat lebih jelas pada
pemeriksaan khusus dengan
darkfield microscope
(Jawets, 1982). Dengan scaning mikrograf elektron
akan tampak kait dan
spiralnya (Boyd and Hoerl,
1986). Dengan
menggunakan mikroskop
biasa struktur yang yang lebih kecil masih sulit
terlihat dengan jelas.
Dalam keadaan tidak
bergerak tanpa pewarnaan
atau dengan pewarnaan
atau dengan pewarnaan Giemsa atau Gram
sebahagian Leptospira
terkesan seperti
streptokokus, sesuai
dengan yang dikemukan
potrais (pendekatan pribadi, seorang peneliti Belgia).
Ukuran Leptospira
bervariasi antara 4-20?
(Sparling dan Basemen,
1980; Joklik, 1984). Hal yang
sama ditemukan pada penelitian ini ada yang
berukuran mini, sedang dan
panjang. Ukuran bervariasi
dari 4 ? sampai 25 ?. Dengan
pemeriksaan sederhana ini
memungkinkan mengamati Leptospira pada
pemeriksaan rutin urine
dengan cukup mudah
sambil dapat mengikuti
gerakan-gerakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar