SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA SAYA.

Indahnya Berbagi Ilmu

Rabu, 21 Maret 2012

MASA KEHAMILAN DAN GEJALA GEJALANYA

HIPEREMESIS
GRAVIDARUM BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mual (nausea) dan
muntah (emesis
gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada
kehamilan trimester I.
Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala – gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan
muntah terjadi pada 60 –
80% primi gravida dan 40
– 60% multi gravida. Satu
diantara seribu
kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat Perasaan mual ini
desebabkan oleh karena
meningkatnya kadar
hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic
Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas,
mungkin karena sistem
saraf pusat atau
pengosongan lambung lambung yang
berkurang. Pada
umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan
keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung
sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari – hari
menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah
yang disebut hiperemesis
gravidarum. Keluhan
gejala dan perubahan
fisiologis menentukan
berat ringannya penyakit.
(Prawirohardjo, 2002) Mual dan muntah
merupakan gangguan
yang paling sering kita
jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan
oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih
66% wanita hamil
trimester pertama
mengalami mual- mual
dan 44% mengalami muntah – muntah.
Wanita hamil
memuntahkan segala apa
yang dimakan dan
diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan
timbul asetonuri,
keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum
dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis
gravidarum
4 : 1000 kehamilan.
(Sastrawinata, 2004) Diduga 50% sampai 80%
ibu hamil mengalami
mual dan muntah dan
kira – kira 5% dari ibu
hamil membutuhkan
penanganan untuk penggantian cairan dan
koreksi
ketidakseimbangan
elektrolit. Mual dan
muntah khas kehamilan
terjadi selama trimester pertama dan paling
mudah disebabkan oleh
peningkatan jumlah HCG.
Mual juga dihubungkan
dengan perubahan dalam
indra penciuman dan perasaan pada awal
kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai
vomitus yang berlebihan
atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan
elektrolit, atu defisiensi
nutrisi, dan kehilangan
berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per
1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus hilang
dan hilang seiring
perjalanan waktu, satu
dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani
rawat inap. Hiperemesis
gravidarum umumnya
hilang dengan sendirinya
(self-limiting), tetapi
penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering
umum terjadi. Kondisi
sering terjadi diantara
wanita primigravida dan
cenderung terjadi lagi
pada kehamilan berikutnya.
(Lowdermilk, 2004) B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
definisi hiperemesis
gravidarum
2. Untuk mengetahui
etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui
patofisiologi hiperemesis
gravidarum
4. Untuk mengetahui
gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui
diagnosis hiperemesis
gravidarum
6. Untuk mengetahui
pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui
penatalaksanaan
hiperemesis gravidarum C. Manfaat Penulisan
Diharapkan kepada
pembaca terutama
mahasisiwi kebidanan
untuk mengerti dan
memahami tentang hiperemesis gravidarum
sehingga dapat
melakukan pencegahan
dan penatalaksanaan
pada ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum. D. RUMUSAN MASALAH
Wanita hamil yang
mengalami mual E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah
ini menggunakan
metode pustaka. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah
berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari
terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk.
(Arif, 1999) Hiperemesis gravidarum
adalah mual – muntah
berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan
aktivitas sehari – hari
dan bahkan membahayakan
hidupnya. (Manuaba,
2001) Wanita hamil
memuntahkan segala apa
yang dimakan dan
diminum hingga berat
badannya sangat turun,
turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan
timbul asetonuri,
keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum.
(Sastrawinata, 2004) Hiperemesis gravidarum
adalah vomitus yang
berlebihan atau tidak
terkendali selama masa
hamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi
nutrisi, dan kehilangan
berat badan.
(Lowdermilk, 2004) Hiperemesis gravidarum
adalah suatu keadaan
(biasanya pada hamil
muda) dimana penderita
mengalami mual-
muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu
aktivitas dan kesehatan
penderita secara
keseluruhan. (Achadiat,
2004) B. Etiologi
Penyebab hiperemesis
gravidarum belum
diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
tidak ditemukan
kelainan biokimia.
Perubahan – perubahan
anatomik pada otak,
jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh
kekurangan vitamin
serta zat – zat lain akibat
inanisi. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah
ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut :
1. faktor predisposisi :
a. Primigravida
b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan
ganda, estrogen dan HCG
tinggi, mola hidatidosa
2. Faktor organik :
a. Masuknya vili khorialis
dalam sirkulasi maternal b. Perubahan metabolik
akibat hamil
c. resistensi yang
menurun dari pihak ibu.
d. Alergi
3. faktor psikologis : a. Rumah tangga yang
retak
b. Hamil yang tidak
diinginkan
c. takut terhadap
kehamilan dan persalinan d. takut terhadap
tanggung jawab sebagai
ibu
e. Kehilangan pekerjaan C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum
yang merupakan
komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit
dengan alkalosis
hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan
cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam
aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. 2. Kekurangan cairan
yang diminum dan
kehilangan karena
muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida darah dan
khlorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat
menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang
3. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari
muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah
frekuensi muntah –
muntah lebih banyak,
dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan
yang sulit dipatahkan 4. Selain dehidrasi dan
terganggunya
keseimbangan elektrolit
dapat terjadi robekan
pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-
Weiss) dengan akibat
perdarahan gastro
intestinal. D. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual
yang masih fisiologik
dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum
tidak ada, tetapi bila keadaan umum
penderita terpengaruh,
sebaiknya ini dianggap
sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis
gravidarum menurut berat ringannya gejala
dapat dibagi :
1. Tingkatan I
a. Muntah terus menerus
sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan
berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah
kering b. Epigastrium nyeri
karena asam lambung
meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan
tekanan darah turun d. Frekuensi nadi sekitar
100 kali/menit
e. Tampak lemah dan
lemas
2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin
turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung
dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi
semakin cepat > 100 kali/
menit
2) Nadi kecil karena
volume darah turun 3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun c. Liver
1) Fungsi hati terganggu
sehingga menimbulkan
ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal
yang yang
menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium
dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang
muntah bercampur darah
akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom
mallory weiss.
3. Tingkatan III
a. Keadaan umum lebih
parah b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran
makin menurun hingga
mencapai somnollen atau
koma e. Terdapat ensefalopati
werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler 1) Nadi kecil, tekanan
darh menurun, dan
temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin
tinggi dengan bau yang
makin tajam
h. Ginjal
1) Oliguria semakin parah
dan menjadi anuria E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis
gravidarum biasanya
tidak sukar. Harus
ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus,
sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun
demikian harus
dipikirkan kehamilan
muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli dan
tumor serebri yang
dapat pula memberikan
gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus
dapat menyebabkan
kekurangan makanan
yang dapat
mempengaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan
perlu segera diberikan. E. Pencegahan
Prinsip pencegahan
adalah mengobati emesis
agar tidak terjadi
hiperemesis gravidarum
dengan cara : 1. Memberikan
penerangan tentang
kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses
yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang – kadang
muntah merupakan
gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan
mengubah makan sehari
– hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi
sering 4. Menganjurkan pada
waktu bangun pagi
jangan segera turun dari
tempat tidur, erlebih
dahulu makan roti
kering atau biskuit dengan dengan teh
hangat.
5. makanan yang
berminyak dan berbau
lemak sebaiknya
dihindarkan 6. Makanan seyogyanya
disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari
kekurangan karbohidrat merupakan faktor
penting, dianjurkan
makanan yang banyak
mengandung gula. F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara
diatas keluhan dan gejala
tidak mengurang maka
diperlukan :
1. Obat – obatan a. Sedativa :
phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1
dan B6 atau B –
kompleks
c. Anti histamin : Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada
keadan lebih berat) :
Disiklomin hidrokhloride
atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih
berat perlu dikelola di
rumah sakit.
2. Isolasi
a. Penderita disendirikan
dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang
baik.
b. Catat cairan yang
keluar masuk.
c. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar
penderita, sampai
muntah berhenti dan
penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan
selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan
isolasi saja gejala – gejala
akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan
kepada penderita bahwa
penyakit dapat
disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera
menghilangkan masalah
dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan
fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah
kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks,
Vitamin C)
c. Bila kekurangan
protein dapat diberikan
asam amino secara
intravena d. Bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah
dan keadaan umum
membaik dapat
diberikan minuman dan
lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan
diatas, pada umumnya
gejala – gejala akan
berkurang dan keadaan
akan bertambah baik 5. Menghentikan
kehamilan
Bila pegobatan tidak
berhasil, bahkan gejala
semakin berat hingga
timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria,
dan perdarahan retina,
pertimbangan abortus
terapeutik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar